Lunatia, putri seorang viscount, tidak lebih dari alat yang dieksploitasi oleh keluarganya untuk “kewaskitaannya”. Digunakan bahkan oleh tunangannya, dia akhirnya membayar harga atas kemampuannya dengan kehilangan satu matanya. Satu-satunya masa depan yang dia lihat menunggunya adalah masa depan di mana kelima inderanya hilang. Bertekad untuk hidup sesuai keinginannya dan mati secara terhormat, Lunatia melarikan diri dari rumah. Dia berlindung di istana “Marquess of the Lunar Eclipse,” yang dikabarkan sedang mencari pengantin baru. Dengan tekad yang berani, dia melamar pria menakutkan dan tampaknya tidak manusiawi ini: “Jika kamu menjadikanku pengantinmu, aku akan membaca masa depanmu sekali sehari. Kamu tidak harus mencintaiku. Dan ketika kamu tidak lagi membutuhkanku, tolong bunuh aku dengan tanganmu sendiri.” Maka dimulailah pernikahan mereka berdasarkan persyaratan yang tidak konvensional ini. Meskipun Lunatia berusaha merahasiakan perasaannya yang sekarat, kebenaran mulai terungkap. Namun mengapa suaminya yang seharusnya berhati dingin tiba-tiba mengungkapkan pengabdian mendalam yang tak terduga?
